Kamis, 22 Desember 2016

JANGAN ADA SARA DI ANTARA KITA

Oleh Frederik Thomas Ire

Sahabatku, saudaraku… mari kita duduk bersama sambil minum kopi…
saya mau curhat kepadamu…
Ada suatu hal yang terasa mengganjal dalam hidup kita ini….mengenai kehidupan dalam keberbedaan kita. Saya ingin mengawalinya dengan sebuah ilustrasi.

Jadi gini, sahabatku….Katakanlah ada dua rumah tangga A dan B….Yang A memiliki aturan sendiri, juga begitu dengan yang B, memiliki aturan rumah tangganya sendiri. Wajar kan?...Kemudian kepala rumah tangga A mengajarkan anggota keluarganya tata cara untuk menghadapi keluarga B…apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kapan bisa bertemu, bagaimana cara bermain bersama, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dst….Demikian pula sebaliknya pada kepala keluarga B. Masih wajar kan?...

Menurut saya, semua itu wajar dan normal2 saja….Lalu seperti apa hal yang tidak wajar?...hehehe…satu contoh aja nih….Kalau kepala keluarga A memaksakan aturan2 dalam anggota keluarganya untuk dipakai pula oleh keluarga B…atau sebaliknya. Seperti ini wajar nggak??? Ya nggak wajar laaahh….anak PAUD aja tau…Kenapa nggak wajar??? Karena aturan2 yang dibuat masing2 kepala keluarga itu sifatnya mengikat ke dalam, atau bahasa kerennya bersifat INTERNAL… Ke dalam apa? yaa ke dalam anggota keluarganya masing2 lah….Kalau kepala keluarga A melarang anak2nya bermain dengan anak2 di keluarga B dengan pertimbangan2 tertentu, ITU SANGAT WAJAR…dan siapapun berhak melakukan itu. Demikian pula sebaliknya dengan kepala keluarga B. Kalau kepala keluarga B melarang anggota2 keluarganya untuk makan2 di rumah keluara A, ITU JUGA WAJAR…demikian pula sebaliknya dengan kepala keluarga A.

Itu namanya self defence control….atau kendali untuk pertahanan diri. Strategi hidup begitu kan wajar juga….kalau merasa tidak bisa bermain dengan arus, mendingan di pinggir sungai aja…betul kan? Kalau khawatir tidak mampu mengatasi pengaruh2 luar yg “dianggap” negatif, lebih baik tinggal di rumah aja….getolohhhh maksud gue….

Lain halnya pada orang2 yang mampu menghadapi berbagai hal yang datang kepadanya, baik itu positif maupun negatif, dengan bekal kecerdasan dan keluasan wawasannya. Orang2 seperti ini, biasanya bisa BERMAIN DENGAN ARUS, TANPA HARUS TERBAWA ARUS….hehehe…asyik juga nih kalau bisa seperti ini….hidup terasa seperti burung yang bebas mau terbang ke mana saja ia mau, seperti ikan di laut yang bebas memilih ke manapun ia mau berenang….ANDA PAHAM DENGAN ILSTRASI-KU INI????...oke…anda layak dapat bintang dan nasi bungkus rendang.

Let’s continue to the next condition….
Mari kita ngobrol tentang fenomena kehidupan di negara kita tercinta ini, yang aroma SARA nya cukup menyengat nih….ngeri2 sedap…atau geli2 enak….hahahaha….Sebelumnya kita salaman dulu ya, sahabat….kita sepakat dulu, JANGAN ADA SARA DI ANTARA KITA…tossss….plak plok plak….
Tidaka ada yang salah kan, kalau kita nyenggol2 tentang kehidupan beragama, atau adat istiadat suku, atau status sosial orang lain, atau golongan2 orang lain…???? Wong hanya sebatas ngomong aja kok….namanya juga ngobrol….hehehehe….Daripada seperti kentut, baunya terasa, tapi yang kentut nggak mau ngaku….mendingan kita bicara apa adanya, tanpa basa basi atau sembunyi2….betul nggak??
Begini sahabatku…saudaraku….kemarin itu kan MUI mengeluarkan fatwa tuh….dilarang mengucapkan selamat Natal…dilarang pakai atribut2 Natal bagi kaum muslimin, dll….hmmm….saya sedot rokok sebentar ya….hehehe….oke lanjut….

Menurut hemat saya, itu sangat wajar…sekali lagi, SANGAT WAJAR….
MUI sebagai kepala keluarga, mengatur anggota2 keluarganya untuk begini dan begitu, ke sini dan ke situ, dan seterusnya….adalah hal yang wajar dan normal2 saja….Jadi, sebagai muslimin dan muslimah, seharusnya anda taat pada fatwa itu….Jangan anda abaikan hanya atas nama SOLIDARITAS atau TOLERANSI…..toh agama2 di luar anda, termasuk agama saya juga punya kok larangan2 dan aturan2nya sendiri….Tidak ada yang luar biasa di sini….yang luar biasa itu adalah cara para provokator mengipas2 api issue ini agar mnjadi besar dan memberikan panas ke setiap hati umat beragama…..

Sahabatku…saudaraku… kaum muslimin…..dari hatiku yang paling dalam, saya ingin agar anda selalu memliki hati yang nyaman dan damai selalu sebagaimana saya juga memiliki keinginan seperti itu. Ini sudah mau hari Natal nih…hari besar umat Nasrani…..kami tidak diberi ucapan selamat Natal pun, kami akan selalu nyaman dan damai kok….demikian pula saya berharap, janganlah anda paksakan untuk mengucapkan selamat Natal kepadaku, untuk memakai atribut2 hari besar agamaku, hanya atas dasar toleransi tetapi hatimu jadi nggak nyaman karena ada fatwa MUI seperti yang saya sebutkan di atas….keliru juga tuh….emang toleransi menjadi hilang hanya karena fatwa kecil seperti ini????emangnya dunia akan kiamat hanya karena MUI mengeluarkan fatwa ini???Tidak juga kan??? Hahahaha….Toh kita akan tetap bisa ber-“SAY HELLO”….ber-“HAHAHIHI”….berangkulan, bersalaman dengan konteks yang lain kan??? Marilah kita sama2 hidup sebagai umat beragama yang memang hidup dalam hati yang nyaman dan penuh kedamaian.

Saya yakin, hati kecilmu tidak pernah membenci saya dan kaum saya….sebagaimana hatiku juga tidak akan pernah membencimu….Password pintu surga hanya satu….”KASIH SAYANG”.
Sayang pada diri sendiri…sayang pada kakak dan adik…sayang pada orang tua, sayang semua orang di sekitar kita, bahkan sayang pada hewan dan tumbuhan serta benda2 mati lainnya….dan akhirnya tentu saja SAYANG KEPADA TUHAN ITU SENDIRI.

Kita berpelukan dulu ya….atas nama persaudaraan dan kasih sayang….Kita saling mendoakan ya…..
Saya pamit dulu saudaraku, untuk merayakan hari besarku….HARI NATAL…..

SELAMAT NATAL UNTUK SEMUA UMAT NASRANI YANG MERAYAKANNYA.
JADILAH DUTA KASIH SAYANG TUHAN UNTUK SEISI JAGAT RAYA INI….
NO VIOLENCE AND ANIMOSITY

Berita Foto: Frederik Thomas Ire sedang mambuat lukisan indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar