Selasa, 06 Desember 2016
INDAH SANDIWARA ATAU REALITA?
Oleh Romo Thomas Ferry Suharto *)
Sandiwara kadang terasa lebih indah dari realita. Bukan hanya karena cerita dan tokohnya tetapi lebih karena kita bisa memonopolinya, apalagi bila kita jadi penggubahnya. Kita bisa sunggingkan senyum tak berkesudahan, cerah tak terpadamkan, cinta tanpa riak derita, kebahagiaan dan kemuliaan tanpa cacat.
Tapi dari semua mimpi yang kita torehkan dalam cerita tetap saja akan terbatas sebab sejauh bintang mimpi dan cita kita tetap terbatasi oleh kenyataan kemanusiaan kita, akal dan perasaan kita yang semuanya terbatas.
Betapa canggihnya teknologi yang kita cipta, betapa indahnya cerita yang kita gubah tetap hanya seujung kuku dibanding indah, mulia, bahagianya rancangan Tuhan yang ia sediakan untuk kita. Maka tak ada keindahan hidup yang lebih menakjubkan melampaui gubahan mimpi dan cita kita selain yang ditawarkan Tuhan pada kita dalam realita.
Tuhan memang tidak membuat realita hidup kita manis semuanya, gembira selamanya. Karena seperti kita makan manisan, meski kita suka tapi lama lama membosankan juga. Maka ia mencipta realita hidup kita bagai piano dengan tuts hitam di antara putih, tak semuanya hitam pun tak segalanya putih.
Dan Tuhan, Sang Komposer Agung memainkan semua tuts itu, baik hitam dan putih bergantian. Tak akan tuts putih ditekan terus, dan tak akan tuts hitam berbunyi terus. Setelah putih kadang hitam harus membayang, dan tak kala hitam berdentang tetap ada harapan putih akan menyusul mengimbangi hingga tercipta simponi cinta yang menyentuh hati dan yang terpenting pada akhirnya tepuk tangah bahagia penuh membahana.
Realita tak selamanya indah tapi di tangan Tuhan akan sampai pada akhir permainan yang menakjubkan. Mari syukuri realita meski tak seindah sandiwara.
*) Penulis saat ini tinggal dan belajar di kota Roma, Italia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar