Senin, 23 November 2015

Muslim Ritonga Bantu Biaya Bangun Gereja Ritti


JAKARTA (FLORES nusaIMAN) - Keluarga besar Muslim Ritonga (Ritti, Tonggo, Nangaroro) turut membantu pembangunan gereja Kristus Raja Ritti, kecamatan Nangaroro, kabupaten Nagekeo.

Rabu, 18 November 2015

Semakin banyak gelar SARJANA, semakin kerdil HATI NURANI (foto Julia Perez)


DEPOK (FLORES nusaIMAN) - Semakin banyak manusia di muka bumi ini, tetapi semakin merosot kemanusiaannya. Semakin banyak gelar (sarjana) yang diraih manusia dalam dunia pendidikan, semakin kerdil hati nurani mereka.

Senin, 09 November 2015

"MATI TAK BERARTI PERGI"

Oleh Rahmi Hidayati

Ngomongin soal dunia gaib nggak selalu menyeramkan, membuat merinding, atau berbau klenik2..... Mungkin karena penulisnya memang bukan dukun kayak di tivi2 itu kali yaaaaa..... Tapi kalau soal berkomunikasi dengan para arwah boleh diuji deh...

Sejak kuliah di FSUI tahun 1992, Herwiratno memang sudah dijuluki dukun oleh teman2 nya. Maklumlah, kebisaan "melihat" hal2 yang tak tampak tapi confirmed.

Herwi sendiri mengakui bahwa dia sudah menjadi seorang penyampai pesan, baik dari yang baru atau sudah ratusan tahun menjadi arwah. Tak perlu pakai kemenyan seperti di acara2 tivi yang diiringi musik khusus supaya kesannya mistis. Juga nggak ada gerakan2 yang mirip2 orang sedang bersilat. Cukup buka mata dan telinga batin, begitu katanya....

Nggak ujug2 Herwi yang sekarang bekerja sebagai dosen Universitas Bina Nusantara itu menjadi penyampai pesan arwah. Lulusan Pascasarjana FSUI 2011 ini awalnya ogah diberi kelebihan ini. Mulai dari menolak mentah2, sampai akhirnya bernegosiasi dengan Tuhan maha pemberi, sampai akhirnya pasrah karena ternyata Tuhan tidak mau ditawar2...

Minggu, 01 November 2015

Johnny G. Plate: Katolik Flores Adalah Katolik Katekismus

JAKARTA (FLORES nusaIMAN) - Johnny G. Plate, tokoh Katolik dan politisi, menilai umat Katolik di pulau Flores masih berpedoman pada aspek katekismus semata (7 sakramen), dan memiliki kesejahteraan rohani secara mantap.

Padahal, tegasnya, membangun kesejahteraan jasmaniah juga penting karena para misionaris dari Eropa tidak lagi membantu secara optimal sebagaimana umat Katolik Flores dapati sumbangan dana berlimpah sebelum ini.

"Faktanya, sekitar 2-3 juta masyarakat NTT, Flores di dalamnya, masuk kategori miskin. Sementara bantuan sosial dari pemerintah pusat hanya untuk 1 juta warga miskin," kata Johnny saat tampil sebagai narasumber diskusi terbatas untuk tema "Masihkah Flores Disebut Nusa Iman?"

Diskusi terbatas ini diselenggarakan Sabtu (31/10) atas kerja sama koran Suara Pembaruan dengan Yayasan Alumni Seminari St Yoh Berkhmans Mataloko, Flores (Alsemat) dan PT Veritas Dharma Satya (VDS).

Yan Riberu: Lonceng Gereja dan Pengeras Suara Masjid Sama-sama Mengganggu

JAKARTA (FLORES nusaIMAN) - Doktor Yan Riberu, yang juga tokoh Katolik nasional asal Flores, menyesalkan sikap beberapa petinggi Gereja Katolik di Flores yang mempersoalkan pengeras suara Masjid, padahal umat agama Katolik dan Islam di pulau bunga itu telah hidup berdampingan sejak lama.

"Jika kita yang Katolik merasa terganggu dengan suara pengeras Masjid, maka saudara kita yang Muslim pun tentu merasa terganggu dengan bunyi lonceng Gereja," ujarnya saat tampil sebagai narasumber diskusi terbatas untuk tema "Masihkah Flores Disebut Nusa Iman?"

Diskusi terbatas ini diselenggarakan Sabtu (31/10) atas kerja sama koran Suara Pembaruan dengan Yayasan Alumni Seminari St Yoh Berkhmans Mataloko, Flores (Alsemat) dan PT Veritas Dharma Satya (VDS).

Yan Riberu juga berharap agar pemimpin Gereja lebih fokus meningkatkan kualitas iman umat, ketimbang reaktif pada isu-isu yang mengganggu keharmonisan hidup beragama di Flores.

"Sekarang iman umat Katolik di Flores sudah agak merosot. Padahal jauh sebelum mantan pemimpin militer Jepang di Flores Kapten Tasaku Sato mengenal Katolik di Flores medio 1943, umat Katolik Flores punya iman sangat kuat meski hidup sederhana," tuturnya.


Pater Nani Bele, SVD in Memoriam & Pesta Intan


Hari ini, bertepatan dengan Hari Minggu Pesta Para Orang Kudus, Pater Yohanes (Nani) Bele Djawa, SVD meninggalkan keluarganya berikut umat Gerejanya untuk selama-lamanya karena menderita sakit.


Intisari Buku "I Remember Flores" & Pemikiran Primus Dorimulu


JAKARTA (FLORES nusaIMAN) - Nilai-nilai Kristiani mestinya lebih hebat dari nilai-nilai budaya Jepang. Tapi mengapa orang Katolik Flores kalah bersaing dengan orang Jepang? Jawabannya: orang Jepang melaksanakan nilai-nilai budayanya. Orang Katolik Flores tidak melaksanakan dengan benar nila-nilai Kristiani.

Primus Dorimulu: Masihkah Flores Nusa Iman?

JAKARTA (FLORES nusaIMAN) - Tokoh media nasional paling populer Primus Dorimulu mengajak redaksi Flores Nusa Iman dan beberapa alumni Seminari Mataloko (Alsemat) di Jakarta terlibat dalam diskusi terbatas kemarin (Sabtu) di kantornya, gedung Beritasatu, jalan Gatot Subroto.

Hadir juga beberapa tokoh senior dan sesepuh asal Flores di Jakarta seperti Yan Riberu, Anton Tifaona, Yan Jangun, Aloysius Lele Madja, Johnny G. Plate, Frans Teguh, Nikolaus Namai Dae, dan Longginus Biaedae.

Yang diundang hadir dalam diskusi terbatas juga beberapa tokoh muda Flores seperti Valens Daki Soo, Yustinus Solakira, Faustinus Wundu, Joseph Godho, Alex Dungkal, Frans Imung, Pieter Sambut, Simon Leza, dan Robert Eppedando.

Sebagai moderator diskusi, Primus menyampaikan beberapa pemikiran reflektif tentang Etnik Flores dan perkembangan agama Katolik, lebih dari sekedar membaca ulang buku "I Remember Flores" karangan Kapten Tasuku Sato.

Masihkah Flores Nusa Iman? Demikian pertanyaan inti yang digulirkan Primus, lebih penting dari sebuah diskusi membedah buku "I Remember Flores".

Pertanyaan lainnya adalah apakah etnik Flores saat ini menampilkan nilai-nilai Kristiani dalam hidupnya? Apakah etnik Flores memiliki nilai-nilai moral dan nilai-nilai prestasi untuk bisa bersaing dengan etnik lain di Indonesia dan dunia? Apa yang perlu dilakukan agar etnik Flores menjadi etnik unggul, etnik yang memiliki nilai-nilai penting untuk bisa memenangkan persaingan.

Primus menegaskan nilai-nilai Kristiani mestinya lebih hebat dari nilai-nilai budaya Jepang. Tapi mengapa orang Katolik Flores kalah bersaing dengan orang Jepang? Jawabannya: orang Jepang melaksanakan nilai-nilai budayanya.

Orang Katolik Flores tidak melaksanakan dengan benar nila-nilai Kristiani.