Kamis, 22 Desember 2016

"PUNCAK dari agama adalah cinta.."

Oleh Yahya Ado

Sudahkah kita sampai di sana?
Iman itu ada di hati, tempat rahasia bernaung. Jika engkau ragu dengan hidupmu, kembalilah ke rumahmu. Sebab yang mempertanggujawabkan kematianmu adalah dirimu sendiri.

Orang tua, keluarga dan handai taulan serta semua pernak pernik hidupmu hanya bisa mengantarmu hingga di liang kubur. Kita percaya ada surga dan neraka. Sungguh sangat percaya. Tapi belum ada orang yang berpengalaman ke sana. Maka jangan terlalu percaya menggapai surga dengan menyebar kebencian.

Kembalilah ke hati. Kembalilah ke keyakinan. Kita punya pikiran, jiwa dan rasa yang berbeda. Kita punya rumah, tempat di mana kita mengukir sejarah lahir maupun bathin.

Bukankah satu musuh terlalu banyak dari seribu teman? Ingatlah, kisah seorang pemuda yang menyelamatkan anjing dari sumur sebagai ahli surga. Seorang pemuda lain yang biasa saja dalam hidupnya tapi tak pernah iri dan benci terhadap sesama, lalu dicap nabi sebagai seorang ahlul surga di depan para sahabatnya.

JANGAN ADA SARA DI ANTARA KITA

Oleh Frederik Thomas Ire

Sahabatku, saudaraku… mari kita duduk bersama sambil minum kopi…
saya mau curhat kepadamu…
Ada suatu hal yang terasa mengganjal dalam hidup kita ini….mengenai kehidupan dalam keberbedaan kita. Saya ingin mengawalinya dengan sebuah ilustrasi.

Jadi gini, sahabatku….Katakanlah ada dua rumah tangga A dan B….Yang A memiliki aturan sendiri, juga begitu dengan yang B, memiliki aturan rumah tangganya sendiri. Wajar kan?...Kemudian kepala rumah tangga A mengajarkan anggota keluarganya tata cara untuk menghadapi keluarga B…apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kapan bisa bertemu, bagaimana cara bermain bersama, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dst….Demikian pula sebaliknya pada kepala keluarga B. Masih wajar kan?...

Selasa, 06 Desember 2016

INDAH SANDIWARA ATAU REALITA?


Oleh Romo Thomas Ferry Suharto *)

Sandiwara kadang terasa lebih indah dari realita. Bukan hanya karena cerita dan tokohnya tetapi lebih karena kita bisa memonopolinya, apalagi bila kita jadi penggubahnya. Kita bisa sunggingkan senyum tak berkesudahan, cerah tak terpadamkan, cinta tanpa riak derita, kebahagiaan dan kemuliaan tanpa cacat.