Kamis, 30 November 2017

Gunung Agung-Bali: Tuhan ada di setiap diri manusia

DEPOK (FLORES nusaIMAN) - Meletusnya gunung Agung di Bali bulan ini adalah yang kedua, setelah pertama kali terjadi pada 1963. Namun ada hal yang membuat miris, netizen di media sosial seperti facebook justru menyoroti ikhwal keyakinan warga Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu itu.

Dr. Arya Wedakarna sangat kecewa melihat begitu banyak postingan bernuasa SARA di tengah bencana Gunung Agung Bali.

"Umat Hindu di Bali tidak pernah menyesalkan apapun bencana yang terjadi, malah kami orang Bali menghadapinya dengan legawa (iklas), bersikap ksatria dan tidak pernah menyalahkan atau memaki semesta apalagi melibatkan Tuhan Hyang Maha Agung," tulisnya di laman facebook.

Bagi umat Hindu, Tuhan dalam ajaran Veda Vedanta bukanlah sosok pemarah, pencemburu atau sosok yang suka memberikan hukuman pada manusia. Bagi umat Hindu, Tuhan adalah sosok ayah yang mengayomi semua ciptaannya secara adil, bahkan umat Hindu percaya bahwa Tuhan ada di setiap diri manusia (Parama Atma - Bhagawad Gita).

Bencana alam itu adalah siklus kehidupan dan umat Hindu di Bali tidak mengeluh menghadapi musibah meletusnya Gunung Agung. Warga Bali adalah keturunan Bali Mula dan Bali Majapahit yang dikenal satya wacana terhadap ideologi dan ini yang mungkin menyebabkan Bali lebih dikenal di dunia.

Peristiwa Bom Bali 1 dan 2 pada 2002 dan 2005 tidak juga membuat warga Bali dendam pada oknum teroris biadab yang tega membunuh tamu-tamu bangsa ini dengan alasan agama, surga dan bidadari. Tuhan punya hak absolut untuk menghukum manusia biadab (Karma Phala), ini dipercayai umat Hindu.

Ingat, bahwa meletusnya Gunung Agung-Bali pada 1963 telah mengungsikan jutaan warga Bali ke beberapa wilayah transmigran di negri ini dan mereka mampu membangun Kampung Bali lengkap dengan budaya aslinya di banyak wilayah di nusantara.