Selasa, 29 Maret 2016

KOKOKAN AYAM YANG MEMBUNGKAM KEBOHONGAN PETRUS DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN


Oleh Giorgio Babo Mogi

Tokoh seperti Pilatus, Herodes, Barabas, Yudas, dan lain-lain selalu menjadi "buah bibir" dalam homili atau kotbah imam. Tokoh-tokoh yang tak asing. Namun, ada 'tokoh' yang terbaikan dalam setiap permenungan. Saya sebut 'tokoh' karena menurut saya kehadirannya dalam kisah sengsara memiliki makna moral yang sangat luar biasa.

Tokoh yang saya maksudkan itu adalah SI AYAM yang berkokok pertanda penyangkalan Petrus pada MALAM KISAH SENGSARA.

MALAM SESANGSARA adalah malam ujian bagi para rasul dan pengikut Yesus. Ujian kesetiaan kepada-Nya. Saat itulah terungkap mana yang menjadi MURID YESUS YANG SEJATI dan YANG BUKAN. Mana KAWAN dan mana LAWAN. Mana yang BERTAHAN bersama Yesus dana mana yang MENINGGALKAN Yesus.

Yesus sendiri sebenarnya sudah tahu Petrus akan menyangkalnya tetapi Petrus menyangkal-Nya. Kepada Yesus saja yang Maha Tahu ia berbohong apalagi kepada sesama manusia. Yesus pasti ragu dengan jawaban Petrus. Keraguan Yesus akan Petrus sebagaimana terbaca dari perikop injil Matius 26:34).

"Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Sangkalan Petrus, "Aku tidak kenal orang itu." (Matius 26:74).

Saat itu berkokoklah ayam. Teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya:

"Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." (Matius 26:75)

Dari kisah di atas, SI AYAM menjadi salah satu "tokoh" penting KISAH MALAM SENGSARA YESUS. Di sini Yesus mempertegas pengabaian-Nya kepada manusia (para murid yang lain). Kepercayaan-Nya kepada Petrus luntur. Secara tidak langsung IA tidak percaya dengan kata-kata manusia (para muridnya).

Mengapa Yesus tidak mengatakan bahwa Yohanes, Markus atau rasul lain yang mengatakan Petrus yang akan menyangkal-Nya? Mengapa tanda-tanda penyangkalan melalui kokokan AYAM?

Yesus membukakan mata kita bahwa KEBENARAN itu bisa diungkapkan melalui tanda lain selain ucapan manusia.  Swara alam dan ciptaan Tuhan (misalnya  kokokan ayam, lengau kerbau dan sebagainya). Tidak ada modus.

Kepercayaan  dan tradisi masyarakat lokal, dimana pun di negeri, mereka yakin dengan TANDA-TANDA ALAM, SUARA HEWAN dan sebagainya yang mengisyaratkan sesuatu peristiwa yang akan terjadi.

Kisah PASKAH ini kita disadarkan kembali akan hal itu yang telah lama 'dianuti' nenek moyang kita. untuk mendengar PESAN-PESAN MELALUI TANDA-TANDA ALAM yang adalah ciptaan Tuhan pula. Karena manusia mudah terjebak dalam praktek sikap dan perilkaku BERBOHONG. TIDAK JUJUR.

Sebagai MAHA GURU, YESUS, dalam konteks ini,  IA mengabaikan kata-kata murid-Nya. Ini menjadi pembelajaran bagi para PEMIMPIN MASA KINI bahwa BISIKAN BAWAHAN ATAU ORANG DEKAT TIDAK SELALU BENAR. SANGAT DITENTUKAN OLEH MOTIF ATAU TUJUANNYA.

KEJATUHAN SEORANG PEMIMPIN LEBIH SERING DISEBABKAN OLEH ORANG DEKAT. BUKAN ORANG JAUH. BUKAN LAWAN, TAPI KAWAN. Yesus sendiri sudah membuktikan fakta ini. Seandainya Petrus tidak menyangkalnya dan Yudas tidak mengkianatinya, kisah-Nya akan lain ceritanya. Dan, TIDAK BERARTI TUHAN TIDAK AKAN MEMENUHI JANJINYA UNTUK MENEBUSI DOSA UMAT MANUSIA. MUNGKIN DENGAN CARA YANG LAIN. BAGAIMANAPUN APA YANG TELAH TERJADI ADALAH MISTERI TUHAN. Kita hanya bisa belajar dari peristiwa ini. AYAM BISA MEMBUNGKAM KEBOHONGAN PETRUS (baca: manusia). ***(gbm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar